top of page

Melukis di Kanvas Bisnis Melalui Seni Berstrategi: Sebuah Catatan RUMI-U

Diperbarui: 5 Mar 2021



Setelah sukses mengadakan online masterclass pertama RUMI-U pada awal Februari lalu, RUMI dan Daya Dimensi Indonesia kembali mengadakan event kedua pada Rabu, 10 Februari 2021. Kali ini RUMI-U mengambil tema The Art of Strategy, berkolaborasi dengan Dr. Shaun Ridley dari AIMWA-UWA Executive Education; sebuah joint venture antara the Australian Institute of Management Western Australia dan the University of Western Australia Business School. Dr. Omar Sjawaldy Anwar, seorang Mentor RUMI dan Presiden Direktur PT Aberdeen Standard Investments Indonesia, sebagai panelis melengkapi paparan dari Dr. Shaun Ridley dengan konteks pasar di Indonesia. Turut hadir juga Bapak Erry Riyana Hardjapamekas selaku Steering Committee RUMI yang memberikan welcoming remarks.


Sesi dibuka dengan sebuah cerita dari Dr. Shaun yang membandingkan pebisnis dengan pengemudi kendaraan yang berpengalaman; keduanya berpikir beberapa langkah ke depan dan menggunakan seluruh fitur (mobil/perusahaan) yang tersedia semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan. Dalam sesi yang dipandu oleh Apung Sumengkar, Managing Director Daya Qarsa, sister company dari Daya Dimensi Indonesia dan bagian dari keluarga DayaLima, Dr. Shaun kemudian menjabarkan tentang 6 model strategi:

1. Stick in the Sand Model

Model ini merupakan salah satu model yang paling banyak digunakan secara umum. Bergerak dari analisis lingkungan (SWOT), perusahaan kemudian membentuk visi dan misi, key result areas, strategi, dan key performance indicators (KPI) untuk menentukan standar kesuksesan.

2. Strengths-Based Model

Model ini berfokus pada keunggulan organisasi dan melihat bagaimana organisasi memimpin pasar dan bagaimana kita bisa tetap berada di depan. Model ini menggunakan 4 pertanyaan ‘SOAR’: Strengths, Opportunities, Aspirations, dan Results.

3. The Argenti Model

Berbeda dengan dua model sebelumnya, model ini berfokus pada purpose sebagai elemen pendorong strategi. Apa saja isu besar yang harus kita jawab dengan benar agar organisasi bisa menjadi sukses?

4. The Blue Sky Model

Model ini berfokus untuk membuat uncontested market space dan monopoli, bukannya berkompetisi dengan perusahaan dan solusi yang sudah ada. You can’t be the lowest cost producer.

5. The Levers of Control Model

Dalam model yang dikembangkan oleh Harvard Business School Prof. Robert Simons, perusahaan mengintegrasikan antara berbagai sistem kontrol, baik secara teknis maupun melalui nilai-nilai perusahaan, untuk mengendalikan performa organisasi.

6. The Balanced Scorecard Model (by HBS Prof. Kaplan & Prof. Norton)

Model strategi terakhir yang diulas adalah salah satu yang paling banyak diadaptasi oleh organisasi di Indonesia. Dikembangkan oleh Harvard Business School Prof. Kaplan dan Prof. Norton), model ini mengombinasikan 4 elemen bisnis; Financials, Internal Processes, Customers, dan Learning & Growth.


Dr. Shaun menegaskan bahwa tidak ada strategi yang sempurna. Untuk menentukan strategi yang terbaik, perusahaan perlu mempertimbangkan kapasitas internal, kompleksitas kondisi, dan kemampuan fasilitator yang bisa memandu proses pembuatan strategi. Dalam membuat strategi, Dr. Shaun sangsi bahwa kita bisa memprediksi masa depan, seperti halnya pada tahun 2019, tidak ada yang dapat melihat bahwa dalam setahun ke depan kita akan mengalami situasi pandemi. Yang dapat dilakukan organisasi adalah melakukan environmental scanning, scenario planning dan menjadi institusi yang dinamis dan agile terhadap perubahan.


Selain itu, Dr. Shaun juga membahas tentang 5 mitos yang sering dipercaya tentang strategi:

1. Anda dapat menentukan strategi yang baik sejak awal – strategi hanya dapat ditentukan kualitasnya setelah dijalankan dan dievaluasi.

2. Semua staf peduli tentang strategi organisasi Anda – hanya diperlukan 1 sampel grup untuk sesi perencanaan strategis; coba untuk merangkul sesedikit mungkin orang yang dapat merepresentasikan sebanyak mungkin level, kelompok, dan hierarki dalam organisasi. Berpikir diagonal, bukan vertikal.

3. Semua staf Anda mengerti tentang strategi organisasi – terdapat dua cara untuk mengetes apakah organisasi Anda memiliki mission statement yang baik:

o Apabila nama perusahaan dihilangkan, orang-orang tetap dapat mengenali mission statement Anda.

o The Doona test: apakah mission statement tersebut menginspirasi seluruh orang di organisasi, dari CEO hingga petugas kebersihan, untuk bekerja sebaik mungkin?

4. Semakin besar strategi, semakin baik – apabila tidak ada orang yang mengerti tentang strategi perusahaan, apa gunanya menulis strategi yang panjang dan rumit? Some of the best strategies are only 1-2 papers long.

5. Strategi yang baik tak lekang waktu – Setiap strategi yang baik adalah strategi yang diterapkan pada momen yang tepat, dan selalu lebih baik daripada strategi sempurna yang ketinggalan momentumnya.


Dalam sesi tanya jawab yang aktif diikuti oleh peserta, Dr. Shaun dan Dr. Omar setuju bahwa perusahaan tidak melulu harus menjalankan satu metode penyusunan dan implementasi strategi – bahkan dapat mengombinasikan beberapa pendekatan yang dirasa sesuai dengan kebutuhan organisasi. Dr. Omar mengingatkan untuk tidak terlalu terpaku pada metode yang akan digunakan, namun memberikan fokus juga pada implementasi sebagai aspek yang tidak kalah penting dalam strategi perusahaan.


Simak juga acara catatan acara RUMI-U sebelumnya bersama UNSW (PLuS Alliance) berjudul Change of Business Ethics and Trust in the Time of Pandemic, di sini.

60 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page